Gombara online. Kedatangan Imam Shamsi Ali dengan segudang wawasan baru tentang perkembangan Islam dinegeri paman sam Amerika Serikat memberikan semangat yang membara bagi santri / santriwati serta para ustadz / ustadzah untuk mendengarkan dengan seksama. Sebagai Imam besar Masjid New York ia banyak bercerita pengalamannya, diantara kisah menariknya adalah kedermawanan beliau dalam bertetangga dengan non muslim, dimana dalam menyampaikan dakwah Islam ia lakukan dengan cara rasional sehingga masuk dalam logika seorang lelaki non muslim tersebut hingga singkat cerita akhirnya megikrarkan dirinya sebagai muslim. Poin inilah yang sebenarnya harus kita terapkan sebagai seorang umat Islam. Terlebih sebagai muballigh/gah muda dalam menyampaikan dakwah perlu dengan cara yang rasional agar tidak terkesan memaksa. Internalisasi ajaran Islam pun harus dipadukan dengan kehidupan social masyarakat. Sehingga Islam bukan saja yang berada di masjid namun disegala aspek kehidupan.
Adapun seorang remaja non muslim yang memutuskan untuk menjadi seorang muallaf karena terinspirasi oleh seorang muslim yang taat beribadah dan tetap menghadirkan Tuhan dalam segala aspek kehidupannya, membuatnya ia begitu terkesan dengan keindahan dan kesejukan Islam yang tidak didapatkan dari agama lain kecuali Islam.
Inti dari cerita singkat sang Imam adalah “memperlihatkan sebelum memperingatkan”. Tambah beliau, cerita lain yang membuatnya selalu mengatakan “senyumnya orang Indonesia itu mematikan” bermula dari ketika ia membuka kelas belajar di Amerika yang terbuka untuk umum baik muslim maupun non muslim, dan yang hadir dengan berbagai niat, ada yang ingin belajar tentang Islam, merperbandingkan Islam, mencari kesalahan Islam, bahkan untuk mencaci maki Islam. Semua ada dalam satu ruangan. Hingga seorang yang bermaksud datang untuk mencaci maki Islam pun berkoar mengeluarkan semua hinaannya didengar oleh seluruh audiens di forum itu, Imam Shamsi Ali beserta para imam lainnya hanya mendengarkan hingga pada berakhirnya kelas, Imam Shamsi Ali menghampiri orang tersebut lalu bersalaman, tersenyum semanis dengan setulus mungkin, keheranan yang sangat terbaca dari raut wajah seorang non muslim tersebut dan dengan sedikit beliau berbincang. Dan berawal dari forum ini menimbulkan kegelisahan dalam hatinya untuk kembali datang ke forum kelas tersebut, tak butuh waktu yang lama, Alhamdulillah hidayah Allah datang dan ia pun menyatakan keislamannya. Islam phobia ditimpal Shamsi Ali dengan mengubah cara pandang mereka hingga akhirnya membawa dampak positif bagi kerukunan antar sesama agama.
Imam Shamsi Ali yang mampu menarik perhatian dengan cara berpikir yang cerdas dan lugas serta keberaniannya yang gagah membuat seluruh dunia berdecak kagum, terbukti ketika peristiwa 11/9 di Amerika beliau termasuk salah satu tokoh yang mendamaikan perseteruan yang mengatas namakan Islam sebagai penyebab tragedy bom. Dengan cerita yang beliau suguhkan seakan membawa kita merasakan atmosfer berdakwahnya di negeri sekuler Amerika sehingga membuat kita menumbuhkan keinginan melakukan sesuatu yang sama bahkan yang lebih dari apa yang beliau lakukan untuk Islam agama rahmatan lil alamin serta menguatkan ghirah dakwah penerus bangsa.
Kedatangan beliau ini bukanlah kedatangan perdana. Namun, bagi setiap santri/santriwati kedatangannya selalu terasa perdana dan berharap agar selalu kembali kerumah pesantren darul arqam ini dengan selalu membawa segudang wawasan baru dan inspirasi yang nyata.
Tak butuh waktu lama beliau menyampaikan berjuta cerita dan pengalaman. Disampaikan dengan singkat, padat dan jelas. Akhir kata dari beliau “saya tidak ingin berdakwah, tapi hanya akan sekedar bercerita saja” . Namun sebenarnya beliau telah berdakwah melalui cerita inspiratifnya. Ia juga berpesan agar para penerus untuk berpikir apa yang akan kita berikan untuk umat Islam dan indonesia bukan malah sebaliknya. udhin_nurul