“Diantara Ilmu, Amal dan Akhlak” oleh Prof. Dr. Muhammad Khairil, S.Ag., M.Si. (Alumni 1991-1997)

Alhamdulillah, penuh syukur menjadi bagian dari Alumni Pesantren, 1991-1997.
Tidak mudah menamatkan diri 6 tahun di Pesantren ini. Banyak cerita, banyak tawa tapi juga rasa sedih bahkan air mata.
3 bulan pertama, serasa pesantren itu bagai surga, banyak teman, senyum dan saling kenal. Tidak jarang kami berbagi kue dari kampung masing2.
Setelah melewati 3 bulan, kami mulai beradaptasi dengan begitu banyak aturan yang menuntut kedisiplinan. Perlahan kita mulai wajib berbahasa arab dan disetiap ba’da magrib, jantung kami dag dig dug menunggu pengumuman siapa diantara kami pelanggar bahasa dan harus menghadapi “Qismullluqah”….
Lolos dr Qismulluqah, kami msh menahan nafas, jgn2 nama kami masuk dlm “qismulamni” atau pun Qismul lainnya.
Sekali waktu, nama saya kembali disebut sebagai pelanggar bahasa (Qismulluqah) dan krn sdh beberapa kali melanggar, akhirnya saya pun dibotak, hehehehe….
Dalam tradisi pesantren, kalau ada anak pesantren yang sdh dibotak atau digundul, berarti sudah masuk pelanggar “kakap”….😅😅😅🙈✌
Tidak sampai disitu, selepas magrib, kita mulai sibuk dgn “otak kiri”, menghafalkan kosan kata bhs arab dan Inggris, zikir hingga kami akrab dengan bahasa senior “I’rab hazihil kalaimah”….😁😁😁✌
Selepas Isya, bukan untuk bersantai tapi kami pun duduk lagi untuk belajar “how to speech” yang kami istilahkan “Muhadhorah”….Maka memang hampir semua anak pesantren itu mudah berbicara di depan umum dengan skill Retorika yang dimiliki krn memang kami ditempa untuk siap dan berani bicara.
Rasanya mata baru saja terpejam, msh ingin bermimpi bagai anak2 lain yang tidur nyenyak di rumahnya, kami pun dibagunkan kembali untuk mulai terbiasa tahajjud hingga jelang subuh.
Terkadang antri mandi di Pagi hari, bahkan tidak mandi kalau air telah habis, cukup cuci muka dan sikat gigi, kami pun berlomba untuk ikut upacara pagi sebelum masuk kelas.
Eits bukan hanya mandi yang antri, makan pun juga harus antri. Bahkan, terkadang karena antrian kami paling belakang, hanya tersisa nasi putih dn kecap manis. Kalau beruntung, kadang masih dapat sisa dr bumbu “ikang asing”…🙄😞😁
Semua kami syukuri, kami nikmati bahkan kami selalu diberi perbandingan betapa banyak anak2 di luar sana menahan lapar, mengais sisa makanan di tempat sampah atau meminta belas kasian pada mereka yg peduli.
Alhamdulillah, setelah 6 tahun, kami tidak hanya punya Ilmu, kami juga wajib amal dan berusaha santun dlm tutur dan tingkahlaku.
Pengalaman telah mengajarkan kami banyak hal, hidup mandiri, tdk mudah tergantung pada org lain, punya rasa peduli dan tanggungjawab juga menjadi “fighter” yg tidak mudah menyerah oleh tantangan.
Sebagai Alumni Pesantren, kini saya mengabdi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tadulako, Kota Palu.
Kini pun, anugerah terbesar karena melalui Ikhtiar panjang, saya telah dianugerahi gelar Professor atau Guru Besar di Usia yang relatif muda, 40 tahun Dalam Bidang Ilmu Komunikasi. Diusia ini pula, saya pun mengemban amanah sebagai DEKAN FISIP.
Semua pencapaian ini, Insya Allah bukan dgn niat kesombongan, ria atau seolah hanya ingin dipuji. Namun inilah hasil dr terpaan sebagai “Anak Pesantren” yang terdidik dengan Ilmu, Amal dan Akhlak.
Semoga memberi manfaat terkhusus untuk Almamater tercinta,

Pesantren Darul Arqam Gombara

….🙂🙂🙏🙏🙏

Leave a Replay